Judul buku : TWINLIGHT
Penulis : Dian Nafi dan Nessa Kartika
Penyunting : Donatus A. Nugroho
Jumlah Halaman : 86 + vi
ISBN : 978-1-105-21671-8
Harga : Rp 30.000
Penerbit : KotaKata Yogyakarta
Desain sampul yang menarik dengan permainan warna khas buku cerita teenlit membuat penampilan buku ini sangat eyecatching. Ditambah dengan pilihan kertas HVS putih serta pemilihan huruf yang pas makin membuat cantik
Buku ini adalah kumcer pertama yang dihasilkan duet Dian Nafi, penulis asli Demak, dan Nessa Kartika yang sehari-hari bertempat tinggal di Lipursari Wonosobo. Buku yang baru saja dilaunching pada 12 November di Wonosobo dengan dihadiri oleh Inayah Wahid, putrid bungsu mantan presiden Almarhum Gus Dur, langsung menarik minat banyak penikmat buku. Terbukti dengan banyaknya buku yang terjual di acara tersebut.
Buku ini total menampilkan sebelas cerpen, dimana masing-masing penulis menghadirkan lima cerpen dan satu cerpen duet yaitu HIJAU PELANGI. Hijau Pelangi menceritakan tentang persahabatan antara Mona dan Risa yang sempat terganggu akibat tuduhan Risa yang menganggap Mona telah mencuri hijau pelangi-nya. Di sini kepiawaian Dian Nafi dan Nessa Kartika patut diacungi jempol, karena mereka bisa memadukan dua pikiran dan karakter yang berbeda ke dalam satu tulisan.
Dalam buku ini, mereka pun sepertinya bersepakat untuk mengangkat berbagai genre. Bagi penyuka genre remaja, tulisan Dian Nafi bisa ditemui lewat TENTANG, JEMUR AKU dan PETIK MIMPIMU dimana dia bercerita tentang kepekaan seorang remaja terhadap lingkungannya cinta dalam hati dan persahabatan. Sedangkan Nessa Kartika menyuguhkan lewat racikan cerita FORGET ME NOT, TWINLIGHT, dan MATAHARI UNTUK PHOENIX yang bercerita tentang cinta masa kecil, si kembar yang mencintai sosok yang sama dan cinta seorang gadis buta.
Genre misteri Dian Nafi hadirkan lewat MATI yang bercerita tentang penulis cenayang dimana semua kejadian buruk yang dia tuliskan akan menjadi kenyataan. Sedangkan Nessa Kartika memberikan KELERENG PUTIH untuk dinikmati, yang menceritakan tentang seorang gadis yang dituntut untuk meminta maaf oleh hantu anak kecil. Dan lewat KELERENG PUTIH-lah Nessa Kartika memenangi lomba penulisan yang diselenggarakan oleh Bilik Sastra VOI RRI yang mengantarkannya ke Istana Negara bertemu Bapak Presiden RI dan mendapatkan penghargaan sebagai BMI Berprestasi, setelah dia kalah di lomba sebuah grup penulisan dengan naskah yang sama.
Cerpen terakhir Dian Nafi di buku ini yang berjudul TAK PERNAH mengajak kita untuk sedikit memahami beda arti kata antara soulmate dan pasangan hidup. Sedangkan Nessa Kartika lewat BELUM ADA JUDUL mengajak kita untuk merasakan sedihnya perpisahan tak hanya dari sisi anak tapi juga si ibu.
Beberapa kesalahan tulis yang tidak sesuai EYD, flashback yang dicetak dengan huruf berbeda di BELUM ADA JUDUL sempat membingungkan saya. Serta pengulangan adegan marahnya Risa ke Mona di HIJAU PELANGI yang entah disengaja ada atau tidak, menurut saya menjadi beberapa kelemahan buku ini. Akan tetapi secara keseluruhan buku ini menarik dan sangat layak dibaca oleh berbagai penggemar genre tulisan.
Kereeeen :)
BalasHapus